Menurut Moh Yamin, negara kebangsaan Indonesia
terbentuk melalui tiga tahap yaitu:
1.
Zaman Sriwijaya (dibawah wangsa sailendra 600-1400)
2.
Zaman Majapahit (1293-1525)
3.
Negara kebangsaan modern
1.
Masa Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke
VII, di bawah kekuasaan Wangsa Sailendra (Melayu Kuno & menggunakan huruf
Palawa) di kenal dengan kerajaan Maritim yang mengadakan jalur perhubungan laut. Kerajaan
Sriwijaya menguasai Selat Sunda (686 M),
Selat Malaka (775M). Sistem perdagangan telah diatur dengan baik, dimana
Pemerintah melalui pegawai Raja membentuk suatu badan untuk mengumpulkan hasil
kerajinan rakyat supaya rakyat mengalami kemudahan dalam pemasarannya. Selain
itu juga sudah ada badan yang yang bertugas mengurus pajak, harta benda kerajaan, kerohaniawan yang menjadi
pengawas teknis pembangunan, gedung-gedung
dan patung-patung suci sehingga kerajaan dapat menjalankan sistem negaranya
dengan nilai-nilai ketuhanan
Pada zaman Kerajaan Sriwijaya telah didirikan Universitas Agama Budha
yang sudah dikenal di Asia, Pelajar dari Universitas ini dapat melanjutkan
studi ke India, banyak guru-guru tamu yang
mengajar disini dari India, seperti Dharmakitri. Cita-cita kesejahteraan bersama dalam suatu Negara telah tercermin
dalam Kerajaan Sriwijaya sebagaimana tersebut dalam perkataan "Marvuai
Vannua Criwijaya Siddhayatra Subhika" (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur).
Pada Hakekatnya Nilai-nilai budaya Kerajaan Sriwijaya
telah menunjukan nilai-nilai
pancasila, yaitu sebagai berikut:
a. Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya agama
Budha dan Hindu yang hidup berdampingan
secara damai. Pada Kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan
pengembangan agama Budha.
b. Nilai
sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti Marsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar
ke India meunjukan telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas aktif
c. Nilai sila ketiga, sebagai negara maritim,
Kerajaan Sriwijaya telah menerapkan konsep negara kepulauan sesuai dengan konsep wawasan nusantara.
d. Nilai
sila keempat Kerajaan Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang luas, meliputi Siam dan Semenanjung Melayu
(INA sekarang).
e. Nilai
Sila kelima, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan sehingga kehidupan rakyatnya sangat
makmur.
2.
Masa Kerajaan Majapahit
Sebelum kerajaan majapahit berdiri telah berdiri
kerajaan di jawa Tengah dan Jawa Timut secara silih berganti yaitu kerajaan Kalingga (abad ke-VII),
Sanjaya (abad ke-VIII), sebagai refleksi
puncak budaya kerajaan tersebut dibangunnya Candi Borobudur (candi agama
Budha pada abad ke-IX) dan Candi Brambanan (candi agama Hindu pada abad ke-X).
Agama yang dilaksanakan pada zaman Majapahit ini adalah Agama Hindu dan
Budha yang saling hidup berdampingan secara damai. Pada masa ini mulai dikenal
beberapa isitilah dan Nilai-nilai pancasila pada Kerajaan Majapahit, antara
lain:
1)
Sila
1, terbukti pada waktu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan secara damai.
Istilah Pancasila terdapat dalam buku 'Negrakertagama karangan Empu
Prapanca dan Empu Tantular mengarang buku Sutasoma yang terdapat seloka persatuan nasional yang berbunyi "Bhineha
Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrud\ artinya walaupun
berbeda-beda namun satu jua dan tidak ada agama yang memiliki tujuan yang
berbeda.
2)
Nilai
sila 2, terwujud pada hubungan baik Raja Hayam Wuruk dengan kerajaan Tiongkok,
Ayoda, Champa, dan kamboja. Disamping itu juga mengadakan persahabatan dengan Negara-negara tetangga.
3)
Nilai sila 3, terwujud dengan keutuhan kerajaan ,
khususnya Sumpah 4Palapa' yang di ucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada
dalam sidang Ratu dan Menteri-menteri tahun 1331 yang berbunyi: "Saya baru
akan berhenti berpuasa makan palapa, jika selurnh nusantara tertakluk di bawah kekuasaan Negara, jika gurun, Seram, Tanjung, Ham, pahang, Dempo, Bali
Sunda, Palembang, dan Tumasik telah dikalahkan"
4)
Nilai sila 4, Terdapat semacam penasehat dalam tata
pemerintahan Majapahit yang menunjukan nilai-nilai musyawarah mufakat. Menurut
prasasti Kerajaan Brumbang
(1329), dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat
kerajaan , seperti Rakryan I Hino, I Sirikan dan I Halu yang berarti memberikan nasehat kepada Raja. Kerukunan dan gotong royong
dalam kehidupan masyarakat telah
menumbuhkan adat bennusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan masalah
bersama.
5)
Nllai
Sila 5 dengan berdirinya kerajaan selama beberapa abad yang ditopang dengan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyatnya.
3.
Zaman Penjajahan
Zaman penjajahan dimulai bangsa Eropa
yang membutuhkan rempah-rempah itu mulai memasuki Indonesia, yaitu Portugis, spanyol, Inggris dan
belanda. Masuknya bangsa Eropa seiring dengan keruntuhan Kerajaan Majapahit
sebagai akibat dari perselisihan dan perang soudara, yang berarti nilai-nilai
nasionalisme sudah di tinggalkan.
Pada zaman ini tidak ada rasa persatuan
dan kesatuan sehingga perjuangan
melawan penjajah secara fisik dilakukan secara sendiri-sendiri disetiap daerah. Rakyat mudah diadu domba sehingga mudah
dipecah belah, hal ini juga yang menimbulkan rakyat Indonesia semakin miskin
dan bodoh akibat penjajahan tersebut Oleh karena itu untuk semboyan yang
berbunyi "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh" merupakan semangat agar rakyat Indonesia bisa menciptakan
persatuan dan kesatuan karena tanpa persatuan kita tidak akan bisa mengusir
penjajah.
4.
Kebangkitan Nasional
Pada abad ke-XX Indonesia mengubah cara-caranya dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Kegagalan
perlawanan secara fisik yang tidak adanya
koordinasi pada masa lalu mendorong pemimpin-pemimpin Indonesia abad ke-XX
untuk mengubah bentuk perlawanan yang lain dengan cara membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia akan pentingnya
bernegara. Usaha-usaha yang dilakukan dengan cara mendirikan berbagai
organisasi politik disamping organisasi yang bergerak di bidang pendidikan dan
sosial.
Dimulai dengan didirikannya suatu
organisasi yang bernama Budi Utomo (20 Mei 1908) dengan tokoh yang terkenal
adalah Dr. Wahidin Sudirohusodo. Organisasi ini merupakan organisasi modern
pertama yang lahir di Indonesia. Kemudian barulah bermunculan organisasi pergerakan lain yaitu Serikat Dagang Islam (1909)
yang kemudia berubah menjadi pergerakan
politik dengan nama Serikat Islam (1911) di bawah pimpinan H.O.S Tjokroaminoto.
Pada masa ini juga adanya Perjuangan PNI (1927) yang menitikberatkan pada kesatuan nasional yang dipelopori oleh Soekarno
dan Kawan-kawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar