1.1 Pengertian Status Sosial dan Kelas
Sosial
Pengertian Status Sosial
Status sosial adalah
sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya
(menurut Ralph Linton). Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan
ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang
yang status sosialnya rendah.
Pengertian Kelas Sosial
Kelas sosial adalah
stratifikasi sosial menurut ekonomi (menurut Barger). Ekonomi dalam hal ini
cukup luas yaitu meliputi juga sisi pendidikan dan pekerjaan karena pendidikan
dan pekerjaan seseorang pada zaman sekarang sangat mempengaruhi kekayaan /
perekonomian individu.
1.2 STRATA / KELAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT
Di
dalam kehidupan masyarakat, pada hakekatnya tak lebih dari pertentangan
kelas sosial, yakni pertentangan antar masyarakat kelas dominan (borjuis) dan
masyarakat kelas subordinat ( proletar). Pertentangan
kelas sendiri dapat dimanifeskan sebagi suatu usaha yang ditempuh oleh kaum
proletar dalam usahanya guna menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat tanpa
tebang pilih dan menghapuskan kelas-kelas social dalam masyarkat. Pertentangan kelas
ini terjadi bukan tanpa sebab, jika kita merujuk pada perkembangan sejarah
manusia bahwasanya pertentangan kelas ini telah di mulai sejak era masyarakat
primitive,kuno,feodal sampai dengan masyarakat post-modernisme.
Sumberdaya
alam yang jumlahnya tebatas dan berubahnya pola konsumsi masyarakat menjadi
salah satu pendorong untama munculnya kelas-kelas social. Jika dahulu
masyarakat hanya mengkonsumsi barang sesuai dengan apa yang ia butuhkan namun
berbeda dengan yang terjadi sekarang ini, di era moderinisasi, masyarakat
mengkonsumsi barang bukan hanya melihat dari segi nilai guna barang tersebut,
namun lebih kepada prestise yang terdapat pada barang tersebut.
Kelas Dominan
Kelas Dominan
Kelas dominan atau
sering disebut masyarakat borjouis dapat juga disebut kelas masyarakat yang
memiliki berbagai factor- factor produksi ( Tanah, SDA, Modal, alat produksi,
dsb ), masyarakat kelas dominan ini biasanya berjumlah lebih sedikit
dibanding dengan kelas masyarakat subordinat.
Kelas Subordinat
Kelas Subordinat
Kelas
Subordinat atau masyarakat proletar (kelas pekerja) yakni kelas masyarakat yang
tidak memiliki factor-faktor produksi, masyarakat kelas ini hanya melakukan
kegiatan-kegiatan yang orientasinya memberikan nilai lebih kepada para pemegang
factor-faktor produksi, Kelas masyarakat ini jumlahnya lebih banyak jika
dibanding dengan masyarakat borjouis. Pasca meletusnya
peristiwa revolusi industri di Prancis pada abad ke-19, pertentangan kelas ini
semakin begitu terasa dalam kehidupan social masyarakat. Revolusi industry yang
dimulai di Prancis kian hari kian menjangkit ke seluruh Negara dibelahan dunia.
Abad tersebut merupakan babak baru pertentangan kelas dalam masyarakat yang tak
dapat terelakan lagi, hal ini berimbas pada kian mantapnya pertentangan kelas
social dalam kehidupan masyarakat. Jika kita mengacu pada hakekat manusia maka
tidak menjadi sebuah pembenaran jika di dalam masyarakat terdapat sekat-sekat
yang mengkoptasikan masyarakat menjadi kelas-kelas social, karena pada dasarnya
semua manusia mempunyai kedudukan dan hak yang sama, yang menjadi pembeda hanya
peran yang mereka lakoni dalam dunia yang paradoksal ini. Dan pada puncakanya
pertentangan kelas dominan dan subordinat dari masa ke masa tak akan pernah
usai, jika kita sebagai subyek dari kelas tersebut tak pernah sadar dimana kita
akan memposisikan diri dalam ke-2 jenis kelas tersebut, sehingga untuk mencapai
masyarakat tanpa kelas masih akan menjadi sebuah keniscayaan.
1.3 Faktor Penentu Kelas sosial
Apakah yang
menyebabkan seseorang tergolong ke dalam suatu kelas sosial tertentu? Jawaban
terhadap pertanyaan tersebut sangat beragam, karena strata sosial dalam
masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat itu sendiri atau terjadi dengan sengaja disusun untuk
mengejar tujuan¬-tujuan atau kepentingan-kepentingan bersama. Secara ideal
semua manusia pada dasarnya sederajat. Namun secara realitas, disadari ataupun
tidak ada orang-orang yang dipandang tinggi kedudukannya dan ada pula yang
dipandang rendah kedudukannya. Dalam istilah sosiologi kedudukan seseorang
dalam masyarakat disebut status atau kedudukan sosial (posisi seseorang dalam
suatu pola hubungan sosial yang tertentu). Status merupakan unsur utama
pembentukan strata sosial, karena status mengandung aspek struktural dan aspek
fungsional. Aspek struktural adalah aspek yang menunjukkan adanya kedudukan -
tinggi dan rendah dalam hubungan antar status. Aspek fungsional, yaitu aspek
yang menunjukkan adanya hak-hak dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh
penyandang status. Talcott Persons,
menyebutkan ada lima menentukan tinggi rendahnya status seseorang, yaitu:
1. Kriteria kelahiran (ras, kebangsawanan, jenis kelamin), 2. Kualitas atau mutu pribadi (umur, kearifan atau kebijaksanaan),
3. Prestasi (kesuksesan usaha, pangkat),
4. Pemilikan atau kekayaan (kekayaan harta benda)
Beberapa Indikator
Lain Yang Berpengaruh Terhadap Pembentukan Kelas Sosial
a. Kekayaan
a. Kekayaan
Untuk
memahami peran uang dalam menentukan strata sosiai/kelas sosial, kita harus
menyadari bahwa pada dasamya kelas sosial merupakan suatu cara hidup. Artinya bahwa pada
kelas-kelas sosial tertentu, memiliki cara hidup atau pola hidup tertentu pula,
dan untuk menopang cara hidup tersebut diperlukan biaya dalam hal ini uang
memiliki peran untuk menopang cara hidup kelas sosial tertentu.
Sebagai
contoh: dalam kelas sosial atas tentunya diperlukan banyak sekali uang untuk
dapat hidup menurut tata cara kelas sosial tersebut. Namun demikian, jumlah
uang sebanyak apa pun tidak menjamin segera mendapatkan status kelas sosial
atas. "Orang Kaya Baru" (OKB) mungkin mempunyai banyak uang, tetapi
mereka tidak otomatis memiliki atau mencerminkan cara hidup orang kelas sosial
atas. OKB yang tidak dilahirkan dan disosiaiisasikan dalam sub-kultur kelas
sosial atas, maka dapat dipastikan bahwa sekali-sekali ia akan melakukan
kekeliruan, dan kekeliruan itu akan menyingkap sikap kemampuannya yang asli.
Untuk memasuki suatu status baru, maka dituntut untuk memiliki sikap, perasaan,
dan reaksi yang merupakan kebiasaan orang status yang akan dituju, dan hal ini
diperlukan waktu yang tidak singkat.
b. Pekerjaan
Dengan
semakin beragamnya pekerjaan yang terspesialisasi kedalam jenis-jenis pekerjaan
tertentu, kita secara sadar atau tidak bahwa beberapa jenis pekerjaan tertentu
lebih terhormat daripada jenis pekerjaan lainnya. Hal ini dapat kita
lihat pada masyarakat Cina klasik, dimana mereka lebih menghormati ilmuwan dan
memandang rendah serdadu; Sedangkan orang-orang Nazi Jerman bersikap
sebaliknya. Mengapa suatu jenis
pekerjaan harus memiliki prestise yang lebih tinggi daripada jenis pekerjaan
lainnya. Hal ini merupakan masalah yang sudah lama menarik perhatian para ahli
ilmu sosial. Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada umumnya memberi
penghasilan yang lebih tinggi; meskipun demikian terdapat banyak pengecualian
(?). Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada umumnya memerlukan
pendidikan tinggi, meskipun korelasinya masih jauh dari sempuma. Demikian
halnya pentingnya peran suatu jenis pekerjaan bukanlah kriteria yang memuaskan
sebagai faktor determinan strata sosial, Karena bagaimana mungkin kita bisa
mengatakan bahwa pekerjaan seorang petani atau polisi kurang berharga bagi
masyarakat daripada pekerjaan seorang penasihat hukum atau ahli ekonomi ?
Sebenarnya, pemungut sampah yang jenjang prestisenya rendah itulah yang mungkin
merupakan pekerja yang memiliki peran penting dari semua pekerja dalam
peradaban kota! Pekerjaan merupakan aspek strata sosial yang penting, karena
begitu banyak segi kehidupan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan.
c. Pendidikan
Kelas sosial dan
pendidikan saling mempengaruhi sekurang-¬kurangnya dalam dua hal. Pertama,
pendidikan yang tinggi memerlukan uang dan motivasi. Kedua, jenis dan tinggi
rendahnya pendidikan mempengaruhi jenjang kelas sosia. Pendidikan tidak hanya
sekedar memberikan ketrampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan mental,
selera, minat, tujuan, etiket, cara berbicara - perubahan dalam keseluruhan
cara hidup seseorang. Dalam beberapa hal, pendidikan malah lebih penting
daripada pekerjaan. De Fronzo (1973) menemukan bahwa dalam segi sikap pribadi
dan perilaku sosial para pekerja kasar sangat berbeda dengan para karyawan
kantor. Namun demikian, perbedaan itu sebagian besar tidak tampak bilamana
tingkat pendidikan mereka sebanding.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar