Suatu
masalah
di dalam kependuduk dapat disoroti dengan pendekatan
sistem. Sistem merupakan suatu totalitas
bagian atau satuan komponen
yang terdiri dari berbagai sub komponen yang saling tergantung, saling berkaitan, saling berinteraksi,
saling menentukan sehingga membentuk suatu kesatuan yang terpadu dan harus
diperhitungkan dalam setiap pengambilan keputusan.
Di
dalam kebijaksanaan kependudukan
nasional terdapat tujuan
untuk mempengaruhi
sistem demografi baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
sistem-sistem yang lain dalam makro sistem kependudukan,
untuk membawa penduduk menuju suatu keadaan dimana
ciri dan perilaku demografinya menguntungkan bagi pembangunan nasional yang
pada hakikatnya merupakan usaha untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk itu
sendiri. Salah satu fenomena yang
sudah menjadi masalah dapat disebut antara lain :
- tekanan-tekanan pada usaha peningkatan ekonomi karena jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan penduduk yang cepat
- tekanan-tekanan pada usaha pembangunan, pendidikan dan tenaga kerja karena komposisi penduduk yang muda dan pertambahan yang cepat dari golongan penduduk usia sekolah dan tenaga kerja
- masalah-masalah pada usaha keamanan dan pembangunan daerah karena tidak terpenuhinya kesempatan kerja dan kepadatan penduduk yang tinggi yang tidak merata.
Kebijaksanaan di dalam
bidang-bidang pembangunan yang lain pada hakikatnya bertujuan pada peningkatan kualitas hidup melalui sistem-sistem diluar
sistem demografi tersebut dan sebagian dari kebijaksanaan tersebut selain
tertuju untuk mengatasi masalah juga dapat secara langsung mempengaruhi sistem
demografi.
Kebijaksanaan Kependudukan
Yang
dimaksud kebijaksanaan adalah
suatu yang meliputi penyediaan lapangan kerja untuk penduduk yang menghendakinya,
memberikan kesempatan pendidikan, meningkatkan kesehatan serta usaha-usaha meningkatkan kesejahteraan kepada penduduknya. Untuk lebih terperinci
mengenai kebijaksanaan kependudukan yang ada di Indonesia pada masa lampau yang mungkin masih
diterapkan saat ini antara lain sebagai berikut :
- Kebijaksanaan kependudukan yang menyeluruh dan terpadu perlu dilanjutkan dan makin ditingkatkan serta diarahkan untuk menunjang peningkatan taraf hidup, kesejahteraan dan kecerdasan bangsa serta tujuan-tujuan pembangunan lainnya.
- Pelaksanaan kebijaksanaan dan program-program kependudukan yang meliputi antara lain pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian anak-anak, perpanjangan harapan hidup, penyebaran penduduk dan tenaga kerja yang lebih serasi dan seimbang.
- Program keluarga berencana berperan ganda, ialah untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujutkan keluarga kecil sejahtera serta mengendalikan pertumbuhan penduduk.
- Dalam rangka pengendalian pertumbuhan penduduk perlu diambil langkah-langkah untuk mempercepat turunnya tingkat kelahiran.
- Jumlah peserta keluarga berencana perlu makin ditingkatkan atas dasar kesadaran dan secara sukarela dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
- Penanganan dan pendidikan mengenai masalah kependudukan bagi seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda, perlu ditingkatkan dan lebih diperluas.
Pertambahan Penduduk dan Lingkungan Pemukiman
Dilihat dari segi lingkungan,
masalah pemukiman merupakan masalah kependudukan. Ketika manusia
berjumlah terbatas dan hidup serba sahaja, maka cara hidup dan bermukim manusia diserasikan dengan lingkungan alam. Waktu itu kita tidak
mengenal masalah lingkungan hidup. Namun manusia bertambah banyak dan akal
pikirannya berkembang, sehingga cara hidup dan bermukim tidak lagi diserasikan
dengan lingkungan alam. Malah sebaliknya lingkungan yang diubah untuk
dicocokkan dengan cara hidup dan bermukim manusia. Setiap ruang dirombak
untuk membangun berbagai bentuk perumahan dengan fasilitas pelayanan hidup yang
bermacam-macam, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, hiburan atau pasar
yang harus ditunjang oleh prasarana jalan, angkutan, listrik, air minum dan sebagainya.
Yang
menjadi suatu rangkaian hal
tersebut adalah jumlah penduduk Indonesia terus bertambah, permukimannya terus
berkembang, dan pengaruhnya kepada lingkungan hidup makin besar pula. Peledakan penduduk menyebabkan pula membesarnya lagi urbanisasi,
sehingga tidak ada satu kotapun yang mampu menampung arus penghuni baru yang
datang dari daerah pedesaan. Karena kota tidak mampu
menampung arus yang datang akibatnya pengangguran di kota makin lama makin
membengkak. Daerah pemukiman bertambah luas, sampah berserakan dimana-mana,
persediaan air yang sehat tidak dapat memenuhi kebutuhan dan hasilnya wabah penyakit
menyerang masyarakat.
Suatu
proyek
seperti perumahan dibangun, pasar diperbaiki, pedagang kakilima dilokalisasi,
jalan-jalan diperbesar dan diperbaiki, akan tetapi bersamaan dengan pembangunan
tersebut timbul masalah lain, masalah harga tanah yang terus-menerus meningkat
yang menimbulkan spekulasi dan masalah penyediaan perumahan bagi golongan yang
kurang mampu.
Pertumbuhan
Penduduk dan Tingkat Pendidikan
Pada
suatu
negara-negara yang anggaran pendidikannya paling rendah, biasanya menunjukkan
angka kelahiran yang tinggi. Tidak hanya persediaan dana yang kurang, tetapi
komposisi usia secara piramida pada penduduk yang berkembang dengan cepat juga
berakibat bahwa rasio antara guru yang terlatih dan jumlah anak usia sekolah
akan terus berkurang. Akibatnya, banyak negara yang sebelumnya mengarahkan
perhatian terhadap pendidikan universitas, secara diam-diam mengalihkan
sasarannya.
Seorang ahli
antropologi Amerika yang bernama
Helen Callaway, mempelajari
masayakat buta huruf, menyimpulkan bahwa perkembangan ekonomi dan perluasan
pendidikan dasar telah memperluas jurang pemisah antara pria dan wanita. Hampir
di mana-mana pria diberikan prioritas untuk pendidikan umum dan latihan-latihan
teknis. Mereka adalah orang-orang yang mampu menghadapi tantangan-tantangan
dalam dunia. Sebaliknya pengetahuan dunia ditekan secara tajam pada tingkat
yang terbawah.
Peningkatan penduduk yang
cepat, lepas daripada pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan,
cenderung untuk menghambat perimbangan pendidikan. Kekurangan fasilitas
pendidikan menghambat program persamaan/perimbangan antara laki-laki dan
wanita, pedesaan dan kota, dan antara bagian masyarakat yang kaya dan miskin.
Akibat dari suatu dinamika penduduk
terhadap pendidikan juga dirasakan pada keluarga. Penelitian yang dilakukan
pada beberapa negara dengan latar belakang budaya yang berlainan menunjukkan
bahwa jika digabungkan dengan kemiskinan, keluarga dengan jumlah anak banyak
dan jarak kehamilan yang dekat, menghambat perkembangan berfikir anak-anak,
berbicara dan kemauannya, di samping kesehatan dan perkembangan fisiknya.
Kesulitan orang tua dalam membiayai anak-anak yang banyak, lebih mempersulit
masalah ini.
Peledakan penduduk yang
cepat menghambat program-program perluasan pendidikan, juga mengarah pada
aptisme di dunia yang kesulitan untuk mengatasinya.
Masalah Kemiskinan
Yang
menjadi wabah penyakit yang menyerang negara-negara sedang berkembang dewasa
ini adalah kemiskinan berserta saudara kembarnya keterbelakangan. Karena dalam
kenyataannya kedua hal itu melemahkan fisik dan mental manusia yang tentunya
mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan.
Proyek di negara-negara
sedang berkembang bukan hanya meningkatan pendapatan nasional, tidak lagi hanya
menambah produksi barang-barang dan jasa-jasa, tetapi pembangunan mengandung
pula unsur membangun manusia jasmaniah, rohaniah dan mengubah nasib manusia untuk
keluar dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Untuk mengatasi ini
pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa upaya diantaranya; BIMAS,
BUUD/KUD, Kredit Candak Kulak, SD INPRES, dimasa orde baru dicanangkan 8 jalur pemerataan, dan terakhir ini dicanangkan
Inpres Desa Tertinggal (IDT). Pada masa reformasi
dikembangkan berbagai jenis kebijakan pembangunan, antara lain: kredit koperasi
primer untuk anggota (KKPA) untuk petani di pedesaan, usaha ekonomi desa (UED), kredit usaha rakyat (KUR). Begitu juga untuk memacu kualitas sumberdaya manusia pemerintah
mewajibkan setiap penduduk Indonesia minimal pendidikannya setingkat dengan
sekolah lanjutan pertama (SLTP) atau dikenal dengan program wajib belajar
sembilan tahun (Wajar 9 tahun), bahkan beberapa daerah di Indonesia telah
mengembangkan wajib belajar 12 tahun.
Sebab-sebab Kemiskinan
Sebab-sebab kemiskinan yang pokok bersumber dari empat hal, yaitu
mentalitas si miskin itu sendiri, minimnya keterampilan yang dimiliki,
ketidakmampuannya untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang disediakan, dan
peningkatan jumlah penduduk yang berlebihan. Sesungguhnya keempat hal ini dalam
kenyataannya kait mengait.
Jika
seseorang
telah terperangkap dalam jurang kemiskinan, dan tidak lagi melihat untuk keluar
dari jurang itu, maka ia cenderung mengambil sikap "nerimo" dalam
bahasa Jawanya atau accommodation. Sikap ini
bukanlah sikap yang seluruhnya irasional.
Dilihat dari pandangan lain
kemiskinan juga identik dengan keterbelakangan. Hal ini akan menyulitkan atau
menjadi penghambat dalam pembangunan ekonomi. Keterkaitan ini dapat dilihat
pada Gambar 10. Masyarakat yang berpenghasilan renadah kemampuan menabung dan
pembentukan investasi baik dari sisi modal maupuan keterampilam sangat kecil.
Kondisi ini berdampak terhadap daya saing meraih peluang kerja.
Sumber : Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP : Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan,
Lembaga Penelitian Universitas Riau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar